Di Taman Kanak-kanak biasanya sebelum kita masuk kelas baris dulu, periksa kuku, terus nyanyi dulu ya sahabat blogger? Terus di Sekolah Dasar udah ditinggalkan nyanyinya, jadi cuma periksa kuku dan baris aja. Di Sekolah Menengah Pertama hampir tak ada ritual seperti itu. Di Sekolah Menengah Atas ritual itu bahkan sudah enggak dikenal lagi tapi sangat dirindukan…
readmore »»
Di Taman Kanak-kanak, aku hampir tak mengenal istilah malas sekolah, malas ngerjain pr, tapi sama sekali enggak pernah males untuk pergi ke sekolah. Di Sekolah Dasar, 6 tahun lamanya tak terasa bosan dan tak terasa bahwa aku sedang menuntut ilmu. Sekolah Menengah Pertama, pijakan awal yang membuat segalanya berubah, dari mulai aku menyadari aku sedang belajar dan proses ini sungguh sulit dan melelahkan, lalu pekerjaan rumah yang bukan satu dua saja, namun bisa hingga berkali lipat seperti aku kerjakan ketika sekolah dasar. Sekolah Menengah Atas, bukan hanya saja permulaan sewaktu menengah atas, namun ini kelanjutan dari sebuah kelumit proses pembelajaran hidup dalam ruang formal.
Pernah ngebayangin dan ngebandingin sekolah sekarang dan sekolah dulu? Aku pernah guys…
Sistem pendidikan dulu dikenal dengan caturwulan, jadi tiap 3 bulan sekali mereka ada evaluasi kayak ujian semester. Terus belum lagi buku-bukunya yang waktu itu masih terbatas karena waktu caturwulan, jadi tipis dan singkat banget. Waktu yang mereka punya juga enggak banyak, sementara bahan ajarnya ada beberapa bab, bayangin aja dalam waktu 12 minggu harus selesai itu pembelajaran. Tanpa menyudutkan sistem pendidikan dulu, sebenernya ada sisi positifnya loh, walaupun mereka cuma punya 12 minggu untuk menyelesaikan caturwulannya, mereka pada suka semangat, bahkan semangat mereka lebih besar dengan semangat kita saat ini. Kepepet, salah-satunya itu jadi cambukan mereka untuk tidak stak di sebuah buku yang tiap 3 bulan ganti.
Sistem pendidikan sekarang dikenal dengan semester yang isinya 6 bulan. Setiap 6 bulan sekali ada evaluasi dan yang terpenting adalah ada liburan yang waktunya Cuma 2 minggu sih, tapi lumayan ya blogger. Buku-buku yang beredar pada jaman semester ini lebih tebel dan lebih kompleks isinya. Banyak bab dan banyak bahasan yang harus dibagi setelah 2 minggu libur itu. Biasanya kita jenuh ya kalo mendengarkan guru atau teman kita yang menjelaskan, kalo jaman dulu pasti selalu guru. Tapi herannya mereka enggak pernah jenuh. Dalam kamus semester sih enggak ada kata kepepet karena yang pasti ada rencana belajarnya ya, dan terkonsep.
Pernah ngebayangin jaman dulu ngakalin jenuh belajar gimana?
Jaman dulu sih denger-denger kalo mereka jenuh itu biasanya suka ada acara hiking bareng, terus mayor (makan bareng), dan yang pasti suka ada acara baca bareng. Diacara baca bareng biasanya mereka suka disuruh baca bacaan apapun, mau fiksi atau ilmiah terserah. Setelah itu mereka suruh nyeritain ke temen-temennya di depan taman sekolah atau lapangan biar beda suasana katanya. Tapi ngakali jenuh belajar di jaman sekarang gimana?
Sadar enggak temen-temen semuanya, kemajuan teknologi yang canggih itu bisa bikin kita lebih tertarik untuk belajar. Jaman sekarang hiking, mayor, dan baca bareng itu sudah mulai luntur loh. Terus kita dapet cara yang baru untuk ngilangin jenuh itu. Nah teknologi salah satunya jadi temen kita saat ini. Mulai dari suguhan Microsoft office yang dengan canggihnya bisa mudahin kita dalam mendokumenkan sesuatu dengan menarik, salah satunya Power Point. Tampilan yang enggak biasa jadi daya tarik sendiri untuk menyimak dan memahami ilmu yang disuguhkan. Dari mulai animasi, gambar, dan musik yang bikin otak kanan kita bekerja.
Lalu, point-point setiap pembahasan yang bisa kita jabarkan sendiri sehingga pengetahuan kita lebih luas. Untuk menciptakannya saja butuh kreatifitas, jadi komplit disitu ada psikomotor, afektif, dan pengetahuan kita yang di eksplor didalam sebuah ppt. selain itu, ada adobe flash player yang bisa kita gunakan untuk simulasi-simulasi pembelajaran. Canggih? Iya! Rame? Pasti!
Terus belum lagi sekarang televisi yang mempunyai berjuta program yang bisa bikin kita fresh lagi, dari mulai yang ngelawak sampe yang sedih-sedih ada, gado-gado deh jadinya. Hobbi anak sekarang yang ditunjang dengan teknologi membuat kayak akan sumber hiburan yang kita punya seperti, fotografi yang mengharuskan kita hunting cari objek yang bagus punya kepuasan tersendiri. Terus ada hobbi bikin film, pake effect yang enggak biasa, ada lagi hobbi masak yang dimudahkan dengan segala alat yang berhubungan dengan listrik, mulai dari kompor listrik, oven listrik, mixer pasti listrik dan lain sebagainya.
Ini bisa dijadikan renungan buat kita-kita nih, mereka yang terdesak 3 bulan dan hiburannya minim sekarang bisa jadi orang yang sukses-sukses dan berdedikasi untuk Negara ini, masa kita yang udah dikasih emas enggak bisa sih, so kita harus buktiin bahwa kita dikasih emas sekarang, dan suatu hari nanti kita akan kasih berlian bertahtahkan batu intan kepada Negara ini yang sudah memberikan kesempatan untuk merasakan proses pembelajaran ini. Dan saatnya kita aplikasikan mulai sejak proses itu lahir hingga nanti yang entah kapan. Semangat!